Monday, January 28, 2008

Happy New Year, My Love

Akhirnya, film super instan yang ditulis dan diproduksi hanya dalam hitungan efektif beberapa jam ini berhasil di-upload juga, setelah beberapa usaha gagal.

Klik disini untuk menonton.

Enjoy!

Wednesday, January 23, 2008

Cerita Pulau, Yogyakarta, Cibinong, dan Jakarta



Pada JiFFest 2007 lalu, panitia melakukan sesuatu yang tidak biasa dengan menempatkan sebuah film lokal sebagai film penutup. Film tersebut adalah sebuah omnibus (kumpulan film pendek) berjudul Chants of Lotus. Saya menonton film ini setelah dirilis secara nasional minggu lalu, karena kehabisan tiket pada waktu diputar di JiFFest. Dan, layakkah film ini menjadi film Indonesia pertama yang menjadi penutup JiFFest?

Empat cerita yang tidak saling berhubungan, namun memiliki satu tema yang kuat tentang perempuan yang menjadi korban. Sebetulnya ada kesan bahwa banyak sekali issue-issue yang mau diangkat ke dalam ke-empat fragmen seperti aborsi, kesulitan daerah terpencil, seks bebas, human trafikking, narkoba, sampai HIV/AIDS. Namun eksekusinya sungguh baik dan skenario apik yang didukung dengan riset membuat filmnya sarat dengan realita.

Setelah Cerita Pulau yang sepi dan lambat (kalau mau jujur, Cerita Pulau adalah yang terlemah dibandingkan yang lain, terutama dari segi aktor pendukung. Namun cukup menyegarkan juga melihat film Indonesia berlatar sebuah pulau dan laut, yang, ironisnya, jarang dieksplorasi oleh sineas di negara kepulauan ini), kita langsung dihentak oleh Cerita Yogyakarta yang ramai, penuh gejolak, dan vulgar. Ritme film seketika berubah dan kita langsung disodorkan cerita tentang siswa-siswa SMU bejat yang 'menggilir' seorang siswi, walaupun sebetulnya cerita berfokus pada Safina, teman siswi yang digilir itu, yang sedang menunggu laki-laki yang tepat untuk melepas keperawanannya.

Terasa sekali Cerita Yogyakarta terpotong gunting sensor secara brutal, dan menyisakan 'luka-luka' dengan potongan-potongan yang kasar. Walaupun sebetulnya saya juga cukup kaget dengan adegan-adegannya karena setting Yogyakarta-nya itu. Dan, setelah kita berkeliling Yogyakarta (yang entah kenapa diiringi lagu berbahasa Jepang), kita dibawa ke sebuah klub dangdut di Cerita Cibinong. Saya harus memberikan kredit untuk Sarah Sechan disini (yang pada awalnya saya nggak ngeh kalau itu dia). Cicih mencuri perhatian di semua adegan, dan saya tidak melihat Sarah Sechan lagi disana. Yang saya lihat adalah penyanyi dangdut heboh dan menor dari Cibinong yang tergabung dalam Trio Dag Dig Dhoer.

Ada beberapa adegan disini yang mirip adegan di Dreamgirls, namun ceritanya tidak difokuskan kesana. Cerita berfokus pada Esi (diperankan dengan sangat baik oleh Shanty, yang saya rasa semakin meninggalkan karirnya sebagai penyanyi karena dalam waktu singkat filmografinya sudah luar biasa) dan anaknya yang kabur dari rumah pacarnya, karena suatu insiden pelecehan seksual. Didukung oleh pemeran-pemeran lain yang semuanya berakting bagus (mungkin karena arahan Nia diNata), film ini menjadi begitu solid dan menghibur, meskipun tragis.

Dan, setelah cerita Esi dan Cicih (yang sepenuhnya dalam bahasa Sunda), tiba-tiba saja kita melihat Winky Wiryawan dalam satu adegan yang mungkin adalah cameo terseram dan tersakaw yang pernah ada. Cerita Jakarta berpusat pada Laksmi (Susan Bachtiar), dan anaknya, Bebe, dalam kisah yang mengangkat issue HIV/AIDS dan perkawinan campur Jawa-Tionghoa yang tidak direstui. Cerita tidak dimulai dari awal, tapi dari menjelang akhir, walaupun kita bisa mengira-ngira sendiri, cerita sebelumnya seperti apa.

Penampilan perdana Susan Bachtiar cukup impresif dan, ehm, terlihat sangat cantik. Dengan dialog minim, aktingnya natural dan tidak berlebihan. Cerita Jakarta adalah penutup dari Perempuan Punya Cerita (pasti Nia diNata yang memberi judul ini, karena dia bisa merangkai kata-kata yang awalnya terdengar aneh seperti Berbagi Suami menjadi judul yang bagus dan memang pas).

Jadi, apakah Perempuan Punya Cerita a.k.a. Chants of Lotus (lotus?) layak untuk menjadi penutup JiFFest tahun lalu? Sebetulnya Opera Jawa lebih pas untuk menjadi film pertama yang menjadi penutup JiFFest, mengingat prestasinya yang luar biasa. Namun Perempuan Punya Cerita adalah film yang penting. Dan menjadi penutup JiFFest semakin mengukuhkan pentingnya film ini.

So Long Heath




Baru saja saya membuka komputer pagi tadi, tiba-tiba ada berita:

Heath Ledger has been found dead in an Manhattan apartment, at the unbearably young age of 28.


Tragis.


Saya mengira bahwa Brokeback Mountain adalah nominasi Oscar dia yang pertama, dan masih akan ada banyak lagi berikutnya. Ternyata itu sekaligus yang terakhir juga.

10 Things I Hate About You adalah salah satu film masa-masa SMP yang paling berkesan dan sampai sekarang rasanya itu adalah film remaja terbaik yang pernah ada.

Dan saya semakin menanti-nantikan The Dark Knight tentunya.

So long Heath!













Saturday, January 19, 2008

Shooting 2 Films in 1 Week (Part II)

Pidi, a short filmmaker and an IKJ student whom I often met at film screenings and Konfiden's Short Film Festival (which both of our films competing), asked me in late December if I'm interested in joining him making an omnibus (compilation of short film) about New Year's Eve. The only restriction is the film must be maximum 2 minutes long. . Well, I've never made a film that short. My shortest film is about 8 minutes. But I liked the challenge so I said yes.

It turned out that the deadline is mid January. By January 11, I still hadn't written anything for the story, and I only had 3 actors to work with and no crew. I didn't think I can made it. But when I forced myself to write, an idea came up after a couples of bad ideas. And it was to make a very short thriller.

So after shooting a part of in3cities on Thursday, I planned to shoot Happy New Year, My Love on Saturday (I was about to shoot it at the night, while in the morning I still work on the story. It was crazy). But at the last moment, I decided to shoot it the next day, after church.

So on Sunday, we (four actors and I) gathered up at the main actress' house at Sudirman Park apartment, and we shot the single scene (yes, the movie has only one scene) there. It was quite confusing since I myself didn't really sure about the story yet, and we made some spontaneous change on the script, after some brainstorming.

The supposedly 2 minutes film shot within 5 hours (from 4 to 9), but most of the time we're not shooting, but deciding on how to shoot the scene. And we ended it with an unhealthy KFC delivery dinner, and a gulp of red wine (it was a property of the scene. We had poured it so we're not wasting it).

I spent two nights (after hours) on Wednesday and Thursday to edit the film. The bad news is, I can't make it to be under 2-minutes run time. The rough edit is 2.5 minutes and I can't make it shorter. So, I hope they can make an exception.

Yesterday, I sent the film to Yogyakarta to be compiled with other short films about New Year's Eve. And now, I'm trying to upload it to Youtube so everyone can watch. I'll post the link soon. Just wait!

Tuesday, January 15, 2008

Shooting 2 Films in 1 Week (Part I)

Last week we had a national holiday on Thursday. I called Wennie earlier that week, asking if she's available on that day to shoot the Jakarta part of in3cities, the short film we're producing. It turned out that she was available. So, I didn't waste the chance.

We arranged to meet at Ratu Plaza at 3 pm. I was a little bit late, not expecting that the street was occupied with Persija supporters. They had a match in that afternoon and it was orange everywhere. We decided to take a quick meal first at Oh La La Cafe. After Wennie changed her clothing and put some make-up, we're heading for the street.

The first location is the crossing bridge in front of Ratu Plaza. Just a couple of quick shots. Then we went to the sidewalks between Ratu Plaza and Sudirman Place. When we got there, we noticed there were many policemen guarding the soccer match, and we decided to go back and go to the other side of the street instead.

Luckily, it's not crowded, and the setting was perfect for the aching-heel scene. We shot it without a problem, and we decided to go to the Bundaran HI fountain by Transjakarta busway, to get shots of the fountain, and later, a crossing-the-street scene. I also took a quick shot on the bus.

We spent some time near the fountain, waiting for the sun goes down. When it was dark enough, we stopped a taxi, and shot the taxi scene for about half an hour and spent 37k on the meter. Once again I were surrounded by Persija supporters. I think they will appear also in some scenes of the film.

Finally, the shooting was over, because the taxi scene was the last scene we shot that night. So.. it's a wrap? Oh no, no, no. We still have one most difficult scene to shoot. And it's involving a lot of water.

That was Thursday.


... to be continued.

Monday, January 14, 2008

Golden Globe canceled!


What!
Acara perfilman yang paling ditunggu-tunggu setiap tahun ini dibatalkan. (Kita tidak menunggu-nunggu Oscar, karena pemirsa Indonesia udah capek ngarepin bisa nonton Oscar lewat TV, bahkan lewat TV kabel sekalipun. Kalau FFI? Plis deh..)

Sebetulnya award-nya sendiri tidak dibatalkan (kecuali Cecile B DeMille award untuk Steven Spielberg, akan diundur dan diberikan tahun depan). Yang dibatalkan adalah acara telecast-nya yang biasanya berupa banquet mewah dan dipenuhi selebriti dan nominasi. Sebagai gantinya, pemenang dibacakan dengan gaya berita dengan dihadiri para wartawan, dan hanya memakan waktu setengah jam. Sungguh tidak asik.

Writer's Guild memang hebat dan nggak main-main dengan Strike mereka. Dan entah apa yang masih menahan studio-studio besar itu untuk tidak memenuhi keinginan mereka. Kalau begini terus Hollywood bisa bangkrut. Katanya, banyak fotografer, make-up artist, caterer, hotel, dll yang mendadak kehilangan job gara-gara Golden Globe batal.
Mudah-mudahan Oscar tetap ada, karena kalau nggak, wah, nggak seru banget deh tahun ini award season-nya.

... baru sadar pentingnya peran penulis untuk acara-acara TV di Amerika. (Kalau di Indonesia? Ehm.. Gitu deh.. )











Thursday, January 10, 2008

Plan to Move to Singapore

I'd like to share one of my 2008 new year resolution here.
It is: Get a job in Singapore by the end of the year, or early next year.

Why?

That resolution didn't come up impulsively for sure. I have been thinking about it for quite a while. There are a lot of reasons behind it. But I think the biggest one is, since I've been living in Jakarta for 23 years (yes, since I was born), I desperately want to experience living in other country. I think it will open my mind. I can learn about other cultures, and adopt good values from them and enriching my life.

Frankly said, Australia was my first choice. Come on, laid-back working environment (9 to 5 anyone?), good pay, and I heard that they actually need much skilled worker these days. The population of Australia, the continent, is actually just a bit more than the population of Jakarta, the city. And there are a lot of investments getting there, so they need a lot of manpower.

But, Singapore is more.. familiar. Not that I've never been to Australia, and I've been to Singapore a couple of times. But it is the.. um.. emotional thing that I feel about the city state. I'm wondering, what makes it so organized, so tidy, so clean, so improving in the middle of developing countries.

And I love Southeast Asia! My kind of new hobby, semi-backpacking traveling, will be more easily satisfied since it's really close to the pristine beach of Krabi, the wonderful Wat of Angkor, the laid back cities of Laos, the cool-aired Cameron Highland, and the interesting Ho Chi Minh City. And many many more.

Oh, if it turned out that I got a job not in Singapore, but Kuala Lumpur, I'll go there instantly too. I went there last year, and I love it. KL is somewhat a combination of Singapore and Jakarta. It has great public facilities as Singapore but not as clean. It looks like Jakarta, but more organized.

So, by October, I have been working for 2 years in my company and that is enough (I'll tell you why later, and, hey, maybe it's the main reason about all of this). And I better start looking for a job and applying for SPR in July.

Singapore, here I come!

Sunday, January 6, 2008

The Golden Compass

Dua minggu lalu saya dapat email dari kantor tentang nonton bareng film The Golden Compass di Djakarta Theater. Sebetulnya saya sudah lihat review jelek dari rottentomatoes. Namun, mumpung gratis, boleh juga deh ditonton. Akhirnya saya tekan tombol "I will come alone".

Ternyata, filmnya.. kurang bagus. Sangat mengecewakan lebih tepatnya. Entah adaptasi-nya atau memang bukunya sendiri yang kurang bagus.

Inilah contoh dimana efek visual dan tata suara yang mencengangkan tidak dapat membuat film menjadi mencengangkan juga kalau ceritanya memang biasa-biasa saja.

Sebetulnya The Golden Compass tidak terlalu membosankan (karena didukung efek visual itu tadi mungkin). Tapi kita tidak terlalu tertarik dengan ceritanya, dan kita jadi tidak begitu peduli dengan tokoh utamanya, Lyra. Istilah kerennya, kita tidak emotionally attached.

Memang, saya harus akui, saya agak a priori dengan film ini karena pesannya yang atheist. But I think I'm objective enough with my opinion. Mungkin kalau disutradarai oleh Peter Jackson film ini akan lebih enganging. Sebagaimana kita sangat peduli dengan Frodo dan cincin-nya.

Tapi, kalau ingin melihat polar bear fight yang sangat real (walaupun, well, polar bear betulan tidak akan pakai armor dan pastinya tidak akan ngomong kalau berantem), setting kota ancient/futuristic yang megah, dan binatang-binatang lucu yang bisa berubah-berubah bentuk, boleh juga sih nonton film mahal ini. Tapi kalau bisa tahan 6 bulan lagi, summer nanti akan ada Prince Caspian yang buku dan trailer-nya sangat sangat menjanjikan.

Is that all?
Yeah. That is all.


Thursday, January 3, 2008

It's about time

It's about time to have my own blog.
It's been quite a while since I read other people's blogs daily, and I think I should have one.

So, enjoy.
Hopefully I can regularly update it, no matter how many people reads it (or even if nobody reads).

Bertepatan dengan awal tahun 2008 bukan hal yang disengaja. Tapi mari berharap tahun ini akan menjadi tahun yang baik. Dan sepertinya akan begitu.

Kenapa?
2008 adalah tahun kabisat.
Ada banyak hari libur yang jatuh di tengah minggu (hari kejepit, anyone?).
Sepertinya akan ada banyak film bagus tahun ini (Termasuk film kecil berjudul in3cities).
Piala Eropa akan ada di bulan Juni (not a soccer fan, but it's quite an event).
dan.. yang terbaik tentu saja:

Bush akan turun di bulan November.
Hillary or Obama, doesn't matter.

Walaupun, tentu saja, tahun ini es di kutub utara akan terus mencair.

Happy New Year everyone!