Dua minggu lalu saya dapat email dari kantor tentang nonton bareng film The Golden Compass di Djakarta Theater. Sebetulnya saya sudah lihat review jelek dari rottentomatoes. Namun, mumpung gratis, boleh juga deh ditonton. Akhirnya saya tekan tombol "I will come alone".
Ternyata, filmnya.. kurang bagus. Sangat mengecewakan lebih tepatnya. Entah adaptasi-nya atau memang bukunya sendiri yang kurang bagus.
Inilah contoh dimana efek visual dan tata suara yang mencengangkan tidak dapat membuat film menjadi mencengangkan juga kalau ceritanya memang biasa-biasa saja.
Sebetulnya The Golden Compass tidak terlalu membosankan (karena didukung efek visual itu tadi mungkin). Tapi kita tidak terlalu tertarik dengan ceritanya, dan kita jadi tidak begitu peduli dengan tokoh utamanya, Lyra. Istilah kerennya, kita tidak emotionally attached.
Memang, saya harus akui, saya agak a priori dengan film ini karena pesannya yang atheist. But I think I'm objective enough with my opinion. Mungkin kalau disutradarai oleh Peter Jackson film ini akan lebih enganging. Sebagaimana kita sangat peduli dengan Frodo dan cincin-nya.
Tapi, kalau ingin melihat polar bear fight yang sangat real (walaupun, well, polar bear betulan tidak akan pakai armor dan pastinya tidak akan ngomong kalau berantem), setting kota ancient/futuristic yang megah, dan binatang-binatang lucu yang bisa berubah-berubah bentuk, boleh juga sih nonton film mahal ini. Tapi kalau bisa tahan 6 bulan lagi, summer nanti akan ada Prince Caspian yang buku dan trailer-nya sangat sangat menjanjikan.
Is that all?
Yeah. That is all.
No comments:
Post a Comment