Saturday, January 23, 2010

South Vietnam Trip Part 2

OK. Sebaiknya saya cepat-cepat menulis catatan perjalanan ini, karena sudah tertunda terlalu lama. Takutnya nanti keburu lupa.

Mui Ne Beach

Setelah mengunjungi Cu Chi Tunnel, saya dan teman-teman kembali ke Saigon untuk pergi lagi ke Mui Ne. Tiba di Saigon jam 2, dan bus ke Mui Ne baru akan berangkat jam 3. Berarti kita punya 1 jam untuk makan siang. Namun karena lagi-lagi masalah komunikasi, pemilik guesthouse yang banyak urusan dan banyak teman itu tidak juga menjawab ketika saya bertanya, apa bisa saya pergi sebentar untuk makan siang?

Akhirnya kita menyia-nyiakan 15 menit hanya untuk menunggu dia, dan kita beli makanan di warung pertama yang kita lihat. Tadinya mau kita makan di ruang makan guesthouse, tapi ternyata bus sudah datang, jadi kita makan di bus.


Kedinginan naik 4WD


Jika dilihat di peta, Mui Ne tidak terlalu jauh. Mungkin hanya sejarak Jakarta - Bandung lebih sedikit. Tapi lama perjalanan nyaris lima setengah jam. Ini dikarenakan traffic di Vietnam sangat kalem dan santai. Semua kendaraan mungkin hanya melaju dengan kecepatan 40 km/jam dan tidak ada yang saling mendahului.

Bus hanya terisi sekitar 12 orang saja dan hanya berhenti sekali untuk mengisi bensin. Rupanya pom bensin di daerah antar kota pasti mempunyai restoran dan supermarket, dengan suasana yang benar-benar lokal. Toilet di pom bensin ini sungguh unik, karena pengunjung harus melepas sepatu dan memakai sendal yang disediakan di toilet. Akibatnya memang toilet menjadi sangat sangat bersih. Sebelum berangkat lagi, saya membeli jeruk bali (entah mereka menyebutnya apa) untuk dimakan di bus. Enak.


Perahu-perahu nelayan dekat pasar ikan


Perjalanan dilanjutkan dan hari sudah cukup malam. Sudah lewat jam delapan. Dan pantai yang kami tunggu-tunggu belum juga terlihat. Ketika kesabaran kami habis, tiba-tiba saja terlihat barisan pohon-pohon kelapa dan, ya, laut berombak yang meski gelap tapi masih terlihat.

Saya hanya menunggu dan menunggu sampai bus berhenti di hotel yang sudah saya pesan lewat pemilik My My Guesthouse di Saigon. Sampai suatu saat ketika teman saya merasa bahwa baru saja kita melewati Hanh Cafe, nama hotel tersebut. Tapi bus tetap melaju konstan. Kamipun waswas. Saya mencoba bertanya ke sopir bus, namun hanya dibalas dengan lambaian tangan. What?


Berfoto bersama anak-anak penjaja slider

Ternyata, petugas travel bus yang menjemput tidak memberi tahu sopir agar berhenti di Hanh Cafe. Berbicara dengan sopir juga percuma. Bus akhirnya berhenti di ujung barisan resort, di sebuah hotel juga. Namun entah bagaimana orang dari Hanh Cafe sudah menunggu kita disana, dan memanggil taksi untuk kita. Tapi ternyata harus bayar juga, sekitar 30ribu Dong.

Hotelnya bukan di sisi jalan yang ada pantainya, tapi cukup oke dan sangat luas untuk ukuran 15 dollar. Saya dan yang lain langsung pergi cari makan malam karena sudah sangat lapar. Akhirnya ketemu sebuah cafe kecil yang masih dipenuhi tamu, dan saya memesan nasi goreng dan yoghurt yang keduanya sangat enak sekali.


Bukan di Afrika atau Gurun Gobi. Tapi di Mui Ne.


Besoknya, pagi-pagi sekali kita sudah dijemput oleh seseorang dengan mobil 4WD kecil yang akan mengantar kami ke sand dune (hamparan pasir merah dan putih). Udara masih sangat dingin dan saya menggigil di mobil terbuka itu karena hanya pakai kaos dan celana pendek.

Wah, hamparan pasir itu membuat sebuah panorama yang sangat indah dan absurd. Bukit-bukit pasir merah yang bersisian dengan danau biru gelap dan hamparan hijau di kejauhan. Dan langit pagi juga masih biru sebiru-birunya. Udara dingin.


Bergaya setelah meluncur


Saya diantar pemandu cilik yang membawa slider(karton plastik bertali) yang digunakan untuk meluncur di atas pasir. Awalnya saya sungguh takut, karena bukit pasir itu tinggi sekali, dan di bawah sana ada danau. Namun ternyata saya meluncur dengan sungguh pelan di atas pasir, dan berhenti dengan sempurna sebelum menyentuh air. Itu adalah pengalaman unik yang harus dicoba semua orang yang ke Vietnam selatan.

Bertiga di gurun pasir

Tur dilanjutkan untuk mengunjungi beberapa sand dune lain, yang tidak se-spektakuler yang pertama itu. Dan karena hari sudah semakin siang, udara pun sudah semakin mirip padang pasir. Tur setengah hari itu diakhiri dengan mengunjungi pasar ikan, makan siang, dan menyusuri sungai dangkal berdasar pasir dengan kaki telanjang.

Akhirnya kita sampai kembali di Hanh Cafe pukul 10 pagi, lalu dilanjutkan dengan berenang di pantai dan makan siang. Jam 1 kurang kami kembali ke kamar hotel, dan tiba-tiba dihampiri dengan cukup kasar oleh resepsionis hotel yang bilang bahwa seharusnya kami check-out dari jam 11 tadi, dan harus bayar denda 50%. Ya ampun! Kita bertiga tidak ada yang ingat bahwa harus check-out. Saya hanya ingat bus akan berangkat jam 2 siang, dan kami punya waktu untuk main di pantai, makan siang, dan mandi. Pada intinya, seharusnya kami langsung mandi dan check-out setelah bermain di pantai. Dan ini hampir sepenuhnya salah saya. Namun setelah berdebat, kami hanya perlu membayar 20%, yang rupiahnya hanya sekitar 30ribu saja. Ya sudah lah ya.


Menyusuri sungai dangkal berpasir

Jam 2 bus pun datang dan kami kembali ke Saigon. Kali ini, kami naik sleeping bus, yang alih-alih memakai bangku, yang ada adalah tiga jejer tempat tidur bertingkat. Sangat nyaman untuk perjalanan jauh ini. Jadilah saya tidur hampir sepanjang perjalanan, dengan tentunya berhenti di pom bensin ber-supermarket.


Sleeping bus


Next: Saigon City Tour