Wednesday, December 14, 2011

Tentang FFI

Tahun ini ada yang tidak biasa dalam penjurian FFI. Biasanya, film-film unggulan FFI ditentukan terlebih dahulu oleh dewan juri, lalu nominasi akan ditentukan dari film-film yang lolos seleksi unggulan tersebut. Maka itu yang mendapat nominasi hanya seputar film-film itu saja.

Tahun ini, dibentuk Komite Nominasi Film Bioskop yang berbeda tim-nya untuk setiap kategori. Sehingga setiap komite akan menentukan nominasi berdasar semua film yang terdaftar dan memang kuat di kategori tersebut. Academy Awards pun memakai sistem ini meski dengan skala lebih besar (tidak hanya komite beranggotakan 3-4 orang saja), tapi seluruh pemenang lampau dari kategori tersebut.

Saya terus terang sudah kurang tertarik dengan FFI setelah penyelenggaraannya dari tahun 2004 (semenjak vakum) tidak pernah beres. Mulai dari format acara yang dibuat seperti acara musik populer, sampai ke daftar nominasi yang patut dipertanyakan kredibilitasnya.

Ini sudah terjadi sejak 2005 ketika Hanung Brahmantyo menang sebagai Sutradara Terbaik lewat film Brownies, sebuah film yang sangat membosankan dan penuh dialog klise, meski secara kualitas produksi masih unggul. Lalu tentu saja insiden Ekskul yang menjadi film terbaik tahun 2006, namun lantas dicabut karena terbukti memakai komposisi musik dari film lain tanpa izin. 

Itu adalah titik terendah FFI, karena di tahun yang punya film sekaliber Opera Jawa dan Berbagai Suami, FFI malah memenangkan film yang kurang terdengar kualitasnya seperti Ekskul.

Tahun-tahun berikutnya, FFI mulai membaik dengan memenangkan film Nagabonar Jadi 2 (2007) dan Fiksi.(2008). Meski cukup jelas bahwa film terbaik tahun 2007 adalah Kala. Juri FFI sepertinya masih belum terbuka terhadap film dengan genre fantastik. Meski Academy Awards pun jarang sekali memenangkan film dengan kategori ini.

Tahun 2009 FFI kembali turun. Film Terbaik jatuh kepada Identitas, film yang menurut saya kurang berhasil. Padahal di tahun itu ada Pintu Terlarang yang brilian, Mereka Bilang, Saya Monyet yang artistik, dan juga film keluarga Garuda di Dadaku dan King yang memuaskan. 

Dan hal ini terulang di 2010 ketika peraih piala Citra didominasi oleh film-film berjudul 3 Hari 2 Dunia 1 Cinta dan 7 Hari 7 Cinta 7 Wanita, yang keduanya secara tema tidak orisinil. Maka dari itu saya berharap banyak bahwa pergantian sistem akan membawa objektivitas lebih tinggi dalam penentuan nominasi dan pemenang.

Dan hasilnya?

Saya pribadi cukup puas. Secara garis besar, mereka berhasil memberikan nominasi ke film-film yang memang unggul di kategorinya, meski saya ragu apakah Surat Kecil Untuk Tuhan dan Masih Bukan Cinta Biasa layak mendapat nominasi sebanyak itu. Dan menurut saya, Tendangan Dari Langit adalah film yang mengecewakan.

Jika saya menjadi juri tunggal, 5 film terbaik tahun ini adalah (tanpa urutan tertentu): 

Catatan Harian si Boy
Sang Penari
Tanda Tanya
Lima Elang
The Mirror Never Lies 
*dengan catatan saya belum sempat menonton Jakarta Maghrib, Pengejar Angin, dan Rindu Purnama. 

Semoga 2012 adalah tahun yang baik untuk film Indonesia dan untuk FFI!