Sunday, February 7, 2010

South Vietnam Trip Part 3

Sekarang sudah bulan Maret, dan saya masih saja menulis catatan perjalanan bulan Desember lalu. Ini semua karena assignment luar kota tanpa akses internet dan akhir pekan yang akhir-akhir ini diisi dengan ke luar kota juga (mencari-cari alasan).

OK, mari kita lanjutkan.

Setelah naik sleeping bus dari Mui Ne, kami tiba kembali di Saigon setelah matahari terbenam dan langsung cari hotel baru (karena agak malas kembali ke My My Arthouse yang di gang itu). Setelah putar-putar keliling Pham Ngu Lao St., akhirnya pilihan dijatuhkan pada Guesthouse 212. Harga cukup mahal kalau dipikir-pikir, yaitu $30 untuk 3 orang. Eh, murah ya? Tapi cukup mahal dibandingkan hotel hari sebelumnya, yaitu $15 untuk 3 orang. Saya memilih hotel itu karena letaknya strategis (di jalan besar, bukan di gang), kamar besar, kamar mandi tidak transparan, dan ada wifi gratis.

Malam itu kami makan di fast food lokal bernama Lotteria (yang sangat mudah ditemukan dimana-mana). Rasa cukup enak dan harga murah dengan interior yang cukup nyaman ala McD. Lalu dilanjutkan dengan membeli mangga di toko buah yang kita makan di kamar hotel.

Hari berikutnya, kita langsung menyusun rencana untuk meng-eksplor Saigon selama 1/2 hari (sampai sebelum jam 6 sore). Awalnya ingin jalan kaki saja ke tujuan pertama, War Museum, tapi sepertinya cukup jauh. Akhirnya ambil taksi juga.


Tank di War Museum


War Museum adalah museum yang membuat hati saya nelangsa dan mata berkaca-kaca. Oke, sedikit berlebihan. Tapi betul, saya sempat merenung lama dan memikirkan bagaimana rasanya hidup di Vietnam pada jaman itu. Terutama ketika Amerika menyebarkan Agent Orange (gas beracun yang mengandung dioksin, senyawa paling berbahaya di dunia) dari pesawat. Dan efek dari serangan itu masih ada sampai berpuluh-puluh tahun kemudian, karena anak-anak dari orang yang terkena dioksin lahir dengan kondisi cacat dan deformed. Dan korban pun tidak hanya dari pihak Vietnam, tapi juga dari pihak tentara Amerika yang mengoperasikan pesawat dan berada di dekat tabung-tabung itu.

Mengerikan.

Di War Museum ini juga saya membeli oleh-oleh buat teman yaitu gantungan kunci berbentuk peluru. Lalu, dengan bantuan peta dari hotel, kami melanjutkan city tour ke Reunification Palace, yang kurang impresif. Kalau waktu terbatas, foto-foto saja di depan istana, tidak usah masuk karena memang tidak ada apa-apa. Dan, yang perlu diingat: Jangan minum kelapa di depan istana! Kami bertiga adalah korbannya dan harus membayar 50.000 VND per kelapa yang kecil itu (walau dagingnya tebal). Jika ingin mencoba, beli jauh-jauh dari museum dan pastikan harganya tidak lebih dari 10.000 VND.


Kelapa termahal yang pernah saya makan


Dari istana, kami lanjut menyusuri jalan dan foto-foto di depan Post Office, Cathedral, dan landmark lain yang ber-arsitektur keren dan kuno. Dan semua itu in walking distance! Walaupun cukup pegal dan capai juga karena sempat nyasar dan lama mencari tempat makan siang (akhirnya makan di Pho 24 yang sebetulnya ada di Jakarta juga. Tapi siapa tahu rasanya beda. Ternyata mirip.)


Di depan Notre Dame Cathedral


Setelah puas foto-foto dan menyusuri kota, akhirnya kita ke tujuan akhir, yaitu Ben Thanh Market, pusat belanja oleh-oleh. Saya membeli beberapa kaos yang kalau dipikir-pikir mahal juga (kurang jago nawar), kopi dan teh Vietnam, kacang mete, dan oleh-oleh lain. Mungkin ada baiknya belanja di toko kecil lain yang tidak terlalu ramai. Di pasar ini pedagangnya sudah lihai menipu para wisatawan dengan memberi harga gila.

Setelah mendapat oleh-oleh berplastik-plastik penuh, kami kehabisan tenaga, dan beristirahat di taman yang ada di depan Pham Ngu Lao St. sambil berandai-andai Jakarta punya taman seperti ini.


Taman besar di tengah kota


Setelah itu liburan pun hampir usai, dan kami kembali ke hotel untuk mengambil barang dan menunggu taksi untuk ke Airport. Tentunya sambil memanfaatkan wifi hotel untuk sekedar baca tweets dan cek email. Untung saya membawa iPod Touch.

Jam 7 kurang kami tiba di Airport, dan sempat makan chicken rice di restoran di lantai 2 dengan harga $8 (mahal!). Lalu kami terbang ke Jakarta naik Air Asia jam 8.20 malam. Total biaya perjalanan selama 4 hari 3 malam plus belanja oleh-oleh? Masih di bawah 2 juta rupiah.

Vietnam, see you next time!