Wednesday, October 14, 2009

Sebulan di Balikpapan

Hari Kamis lalu tiba-tiba saja saya ditelepon manager saya yang mengabarkan bahwa mulai hari Senin saya di-assign ke Balikpapan. Such a sudden notification! Walaupun ada perasaan belum siap karena belum pernah (ini adalah assignment luar kota pertama saya setelah tiga tahun bekerja sebagai konsultan), namun saya sangat excited untuk alasan yang sama.

Setelah melalui proses approval dan booking tiket, ternyata pesawat hari Senin sudah fully-booked, dan saya terpaksa baru berangkat hari Selasa kemarin dengan penerbangan jam enam pagi. Itu memaksa saya untuk bangun pukul 3.15 agar sempat check-in jam 4.30. Tapi ternyata Garuda Indonesia punya aturan yang lebih longgar untuk check-in. Bahkan tiba jam 5.30 di airport pun masih bisa. Maklum, biasa naik budget flight jadi tidak tahu.

Bangun sepagi itu dan dari bandara langsung menuju kantor client membuat saya ngantuk sepanjang hari. Untungnya tidak begitu banyak yang harus dilakukan di hari pertama, karena masih menunggu ID. Siang hari pertama itu saya diajak makan siang di eWalk, mall yang baru buka bulan lalu yang terletak di dalam Balikpapan Super Block. Sangat nyaman walaupun masih terasa dipaksa buka walau belum siap.


Pojok saya di kantor disini dengan dua komputer. Satu untuk chatting satu untuk browsing.

Saya akan berada disini selama sebulan (itu yang direncanakan, realisasinya tidak ada yang tahu), dan diberi fasilitas flyback seminggu sekali. Setidaknya tidak akan homesick walaupun sebetulnya tertarik juga untuk mengeksplor Balikpapan di akhir minggu.

Dan disinilah saya sekarang. Sebuah kamar hotel di Balikpapan yang terletak cukup dekat dengan laut. Kamar ini cukup nyaman walaupun terletak di pojok lorong (yang gelap waktu malam). Dan dibalik tembok sebelah kanan sebetulnya ada laut. Andaikan tembok itu diganti jadi kaca juga..


Pemandangan dari kamar hotel jam 5.45 pagi

Balikpapan adalah kota yang kaya karena minyak, dan kompleks Pertamina itu sangat mewah dan seperti di luar negeri saja. Namun ironisnya, setiap hari dari jam 5 sore sampai jam 10 malam disini mati lampu ( berdasarkan pemberitahuan dari surat di kamar).

Sekarang pukul sebelas malam dan sudah cukup mengantuk. Besok harus bangun pagi untuk melanjutkan pekerjaan yang cukup berat. Nanti saya lanjutkan ceritanya.

Balikpapan, 14 Oktober 2009

Saturday, October 10, 2009

Addicted to Twitter



Yes, I admit it. I'm addicted to Twitter, even if I don't own a Blackberry or an iPhone. Mostly I access Twitter through a mobile friendly web-based Twitter client called dabr.co.uk. It's great, efficient, low on bandwidth (only 3kb per page), and has everything I need.

Twitter is such a fenomena, but I agree that Twitter has a very bad first impression. Many users signed up, looked around, and never came back. One of them was me. I had no follower when I signed up on 17 April 2009 (off course!) and it's simply stupid to post anything since nobody would read it (back then I didn't know about reply). Through Facebook (which is so last year), I was followed by friends who are already on Twitter. So I came back and tried to use it again. By August, I became an active user.

Twitter is not just about us and our friends. It's about the larger circle. It's about the world since we can follow any public account. I stopped checking my Facebook account because people who update their statuses are not the ones I want to read, and it's getting boring for anti-Facebook-apps people like me, so I only use it for photo sharing (Flickr is really good but it's not free).

That's not the thing with Twitter. On Twitter, we can follow everyone, and we don't have to follow our followers. And just with one account we have access to our friends, news, and what the celebrities are doing right now. Ha!

Ps: one of my best Twitter experiences is: I know my favorite band's unpublished gig through Twitter. And ordered tickets by replying the tweet!