Sunday, May 24, 2009

Midnight Cell: It's a Wrap!

Akhirnya.

Setelah hari pertama shooting pada bulan Maret, shooting terus tertunda bagai tak berkesudahan. Tapi akhirnya, hari Minggu tanggal 17 kemarin shooting Midnight Cell rampung juga. Sebetulnya beberapa voice over belum diambil. Namun anggap saja itu bagian dari post-production.

Shooting Day 2: Apartment Part 2

Shooting hari ke-2, yaitu hari terakhir kita shooting di apartment adalah shooting yang sangat sangat melelahkan. Ini tidak diduga karena jika dilihat adegannya tidak terlalu banyak dan shooting sudah pernah dilakukan disini sebelumnya.



Ternyata saya salah. Adegan-adegan ini belum pernah dilatih sebelumnya dengan kamera, dan banyak masalah properti (mulai dari kotak Blackberry yang terlupakan sampai amplop tiket pesawat yang tertinggal di atas ketika shooting di basement, dan juga masalah lift yang tidak bisa membuka terus).

Adegan di apartment baru selesai jam 8 malam, padahal rencana semula seharusnya itu sudah termasuk adegan di basement. Dan kondisi basement belum diketahui sebelumnya. Untung saja disana sepi dan ada banyak lampu yang bisa dijadikan sumber lighting.



Shooting berakhir jam 10 dan akhirnya saya pun bisa bernafas lega. Badan sudah letih dan kepanasan di dalam basement. Kru dan pemain yang tinggal berjumlah 5 orang pun bersiap-siap pulang. Salah seorang pemain mencoba men-starter mobilnya yang tadi dipakai untuk adegan "putus". Tidak bisa. Kebetulan adegan tadi mengharuskan dia untuk menyala-matikan mesin mobilnya beberapa kali.

Dicoba lagi, tetap tidak bisa. Tanya-tanya teman dan sekuriti di situ, tidak ada yang punya jumper. Akhirnya bengkel pun ditelepon dan mobil tersebut baru bisa nyala kembali kira-kira beberapa menit sebelum jam 12 malam. Saya sendiri sudah pulang duluan karena besoknya harus kerja.



Shooting Day 3: Blumchen Coffee

Sebetulnya saya dan kru sudah punya rencana lain untuk adegan ini, yaitu mengambilnya di sebuah kafe di bilangan Cikini dengan background kereta api yang melintas di atas jembatan. Namun sampai H-2 menjelang shooting, ijin belum juga di dapat. Ketika kita tanya berapa uang kompensasi shooting yang diminta, pemilik kafe menyebut angka yang membuat hati saya mencelos. Bahkan setelah ditawar pun masih terlalu tinggi. Kita independen, Bu! Bukan sejenis Rapi Film..

Akhirnya, kafe lain pun dicari. Salah satu targetnya adalah Blumchen Coffee di bilangan Fatmawati. Sehari sebelumnya saya dan kru survey kesana dan memutuskan untuk shooting diam-diam saja. Sebuah rencana yang langsung ditolak mentah-mentah oleh seorang aktor. Akhirnya, rencana kita adalah untuk meminta ijin langsung on the spot. Jika tidak diberi, baru kita cari kafe lain.



Ternyata, barista Blumchen baik dan membolehkan kita shooting disana. Shooting hari ini pun menjadi shooting yang sangat santai sembari ditemani beberapa cangkir kopi dan musik jazz. Tentu saja kita tidak bawa lighting atau bahkan tripod. Hanya handycam dan microphone saja.

Hujan sempat turun deras sekali dan akhirnya mewarnai dua adegan dalam film. Tidak apa-apa. Masih masuk dalam cerita kalau dipikir-pikir. Toh Days of Being Wild juga banyak diwarnai hujan. Jam 7 malam shooting pun selesai dan walau pencahayaan kurang, saya rasa hasilnya sangat baik.



Shooting Day 4: Time Travel


Seharusnya, shooting di Time Travel ini dilakukan pada hari ketiga, sebelum ke Blumchen. Namun, karena ternyata lift dikunci (waktu itu hari Minggu), akhirnya kita tidak bisa masuk. Akhirnya saya dan seorang aktor coba kesana pada hari biasa selepas jam kantor.

Adegan di Time Travel sebetulnya cuma satu dan sangat singkat dan tanpa dialog. Jadi shooting hari itu adalah shooting tercepat (hanya 15 menit) dan hanya melibatkan dua orang. Ternyata 2 orang kru inti yang lain tidak rela juga kesana hanya demi 1 adegan. Namun tidak apa-apa. Justru kalau terlalu banyak orang akan menimbulkan kecurigaan satpam.



Shooting Day 5: Midnight Cell

Sebuah pertanyaan yang sering diajukan kru dan pemain dari awal adalah "Dimanakah letak Midnight Cell?", dan saya selalu mengelak untuk menjawab, karena memang tidak tahu. Awalnya saya bingung, apakah lebih baik membuat setting sendiri atau pergi ke toko pulsa betulan. Setelah dipikir-pikir, kalau buat sendiri pasti akan terasa artifisial. Jadi akhirnya saya memutuskan: harus pakai toko pulsa betulan. Masalahnya, dimana?

Jadi beberapa bulan belakangan, jika sedang di jalan, saya banyak mengamati toko-toko di kiri-kanan, siapa tahu ada toko pulsa yang cocok. Dan akhirnya saya pun menemukan sebuah toko di bilangan Senayan, tepatnya di belakang Senayan City, yang sangat pas dengan imajinasi. Kebetulan tukang ojek saya suka lewat situ jika mengantar saya.



Strategi Blumchen pun dipakai kembali. Namun kali ini kurang begitu berhasil karena kita tidak bisa mengganggu bisnis toko itu. Jadi setelah minta ijin, kita diperbolehkan shooting, tapi jika ada pembeli, kita minggir.

Ternyata, toko pulsa itu sangat sangat laku. Akhirnya shooting pun sering terganggu dengan adanya pembeli, dan juga anak-anak kecil yang menonton shooting. Kru dan pemain pun protes, dan memaksa saya untuk memberi uang kompensasi, supaya shooting lancar.



Setelah memberi sejumlah uang (yang kalau dipikir-pikir kembali agak kebanyakan), shooting berjalan dengan lancar dan pembeli betulan yang ingin beli pulsa disuruh untuk beli lewat samping. Shooting yang dimulai jam 4 itu akhirnya sukses dan selesai jam 8 malam.

Harusnya kita merayakan rampungnya shooting dengan makan malam, namun saya ada urusan penting yang lain, jadi mungkin bisa ditunda makan-makannya sewaktu filmnya jadi nanti.



Sekarang proses post-production pun sudah hampir selesai, karena setiap kali habis shooting, saya langsung transfer footage-nya ke komputer dan langsung diedit. Adegan-adegan sudah tersambung semua, dan color correction juga sudah dilakukan. Hanya sound saja yang masih belum. Voice over, dering ponsel, mastering volume, dan yang paling sulit: musik.

Musiknya sendiri hanya akan memakai 2 lagu. Satu lagu dari sebuah band indie, dan satu lagi adalah score yang akan saya buat sendiri bersama teman yang punya home recording.



Mudah-mudahan, akhir Juni nanti filmnya jadi dan siap dikirim ke festival-festival film pendek di dalam negeri (dan juga, mudah-mudahan, luar negeri). Sekarang, nikmati dulu still photographs adegan dari Midnight Cell.

Trailer segera menyusul.

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. wowwww....
    tell me when the trailer is done! >:)

    ReplyDelete