Saturday, May 2, 2009

The Jak Anjing, Viking Anjing



Ketika memutuskan untuk menonton Romeo Juliet, saya sudah lupa sebagian besar dari lakon Shakespeare ini. Hanya bagian permusuhan dua keluarga saja, dimana sang anak saling jatuh cinta, yang saya ingat. Jadi saya menonton tanpa harapan bahwa Andibachtiar Yusuf akan mengadaptasi lakon itu mentah-mentah ke dalam film tentang kebrutalan supporter sepak bola ini.

Film dibuka dengan sebuah bentrokan antara The Jak dan Viking, yang begitu realistisnya sampai-sampai saya mengira itu adalah sebuah dokumenter (walaupun mungkin sebagian footage-nya memang sungguhan). Inilah kali pertama Rangga (Edo Borne), supporter Persija, dan Desi (Sissy Prescillia), supporter PERSIB bertemu, dan, ya, mereka jatuh cinta.

Tidak ada adegan balkon di film ini, dan saya kurang yakin apakah Agus (Ramon Y Tungka) adalah Mercutio. Namun harus saya akui bahwa pemilihan adaptasi Romeo and Juliet untuk menceritakan tentang permusuhan The Jak dan Viking adalah ide yang brilian.

Film mengalir dengan baik, dengan tata kamera yang tidak malas bereksplorasi, walaupun kadang-kadang pergerakan kamera handheld pada adegan-adegan perkelahian agak berlebihan dan memusingkan.

Warna di film ini dibagi dua mengikuti lokasi. Adegan-adegan di Jakarta untuk The Jak berwarna jingga, dan adegan-adegan di Bandung untuk Viking berwarna kebiruan. Bahkan di beberapa adegan, untuk lebih mengangkat hal ini, gambar dibuat hitam putih, lalu bagian-bagian tertentu diwarnai dengan warna biru. Sedangkan untuk adegan akhir, kalau saya tidak salah, warna dibuat netral.

Cerita sangat menarik di awal sampai ke tengah. Kita sangat terlibat dalam kisah cinta 'terlarang' antara Rangga dan Desi, yang diperankan cukup baik oleh Edo Borne dan Sissy Prescillia. Ramon Y. Tungka seperti biasa, overacting, namun saya akui tokoh Agus cukup memberi warna untuk film ini dan sangat sering memicu tawa penonton dengan celotehannya.

Namun babak ketiga film ini agak kedodoran dan konflik seakan sudah habis. Saya kehilangan atensi di sepertiga terakhir film ini, meskipun adegan percintaan antara Edo dan Sissy, yang di cut-to-cut dengan massa di stadion adalah adegan yang bagus dan sarat makna.

Apakah ending tetap mengikuti lakon asli dimana Juliet meminum racun bohongan untuk pura-pura mati, lalu Romeo meminum racun sungguhan, dan akhirnya Juliet menusuk dirinya sendiri dengan pisau Romeo? Well, yang pasti, tidak ada racun di film ini. Namun tentunya happy ending tidak mungkin terjadi di film adaptasi Romeo and Juliet bukan? Karena itu adalah esensinya. Maka itu saya kurang suka crazy credit di akhir film.

Perlu dipertanyakan apakah dentingan piano overdramatic dari Ananda Sukarlan (yang membuat saya kecewa karena mengharapkan sesuatu yang lebih classical dari dia) adalah score yang tepat untuk film brutal ini. Termasuk lagu bernuansa opera yang dinyanyikan Bernadeta Astari dan Joseph Kristanto, yang mengingatkan saya akan lagu serupa di Biola Tak Berdawai. Hanya saja lagu garapan Addie MS lebih membekas.

Jika Upi pernah memberi pernyataan bahwa Radit dan Jani adalah film yang brutally romantic, sekarang rasanya pernyataan itu lebih cocok diberikan kepada Romeo Juliet, sebuah film penting yang tidak pernah kita lihat sebelumnya, yang membuka mata orang-orang yang tidak mengetahui seluk beluk supporter sepak bola Indonesia, termasuk orang-orang Indonesia sendiri, dan dibungkus dengan kemasan yang cukup menjual melalui adaptasi lakon super terkenal.

Rangga (menatap Desi dalam-dalam): Viking anjing..
Desi (menatap Rangga dalam-dalam): The Jak anjing..

Blok M Square 21, Jumat, 1 Mei 2009, 19.00 (bioskop seperti Plaza Senayan XXI dengan skala lebih kecil dan harga tiket luar biasa murah).

18 comments:

  1. Mantap reviewnya Mas... jeli juga pengamatan Anda sampai ke soal pewarnaan film segala. Ini mengingatkan saya pd film The Matrix: warna kehijauan utk dunia Matrix, dan kebiruan utk dunia nyata. Dan hrs diakui bhw in both movies (Rom+Jul & Matrix), efek pewarnaan itu cukup efektif mendukung perubahan suasana.

    Although, I don't agree with you about Ramon Tungka's performance.. okelah, di bbrp adegan dia memang agak overacting. But nevertheless, his acting is a bit of fresh air. I think his role in the movie is inevitably embodies this Mercutio character (because that's how I got the impression when I watch the show, and I can assure you, I'm not the only one, hehe..) Bukankah dlm drama aslinya Mercutio memang digambarkan sebagai pribadi yg flamboyan dan quick-witted? If we take a look at Harold Perrineau's interpretation of the role Mercutio in 1996 Baz Luhrmann's Romeo+Juliet, how he brought his New Yorker-persona to this classic role, then we can appreciate Ramon Y. Tungkas's performance in the movie as the 21st century-Jakartan Mercutio.

    Uniknya, Mr. Perrineau ternyata kemudian terlibat juga dlm salah satu film favorit saya, yaitu The Matrix trilogy.

    ReplyDelete
  2. THE JAK MANIA ELU NYERAH AJA SAMA NJ MANIA

    ReplyDelete
  3. tapi emang keren bngt film ini .
    i really like it .

    ReplyDelete
  4. NJ Mania sampah jakarta....By. Jak Ngalong

    ReplyDelete
  5. the jak anjing,,,
    viking ada di mana" termasuk di kandang lw

    ReplyDelete
  6. viking, bonek, nj satu hati....
    the jak telah mati

    ReplyDelete
  7. film ini anjing sama kaya the jak,,,,,
    tambah benci gw ma the jak, asal tw aja gw anak jakarta yang benci ama the jak,,,,
    lencong lw pade ngentau...
    anjing lo bikin rusuh

    ReplyDelete
  8. the jak jancuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

    ReplyDelete
  9. anjing the jak bisanya main kandang kalo berani luar kandang anjing mana ketuanya anjing biar gue bunuh tuh ketu anya anjing


    F.U.C.K buat the jak anjing sampah masyarakat

    ReplyDelete
  10. viking bonek sama saja asal jangan the jak the jak itu anjing arema jancok di bunuh saja anjing yo ayo ayo persib bandung ku ingin kita harus menag the jak anjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnggg

    ReplyDelete
  11. film ini anjing FUCK buat yang ngebuatnya

    ReplyDelete
  12. VIKING ANJING.... abis entar lu tgl 27 JING

    ReplyDelete
  13. THE JAK sampah , tai ,kotoran kebo.

    ReplyDelete
  14. THE JAK LONTE. . .
    TAI ANJINK LU SEMUA THE JAK!!

    ReplyDelete
  15. rhamadan_16@yahoo.comMarch 4, 2014 at 5:19 PM

    gua paling gg suka VIKING di hina..
    buat lu the jak brani satu lawan satu jangan kroyokkan

    ReplyDelete
  16. Udeh deh urus dulu tuh persija. Make utang segala. Mending klub gue Persitara masih mandiri tanpa Apbd. Stadion kami punya Kamal Muara. Lha persija kemana tuh menteng. Pake aja tuh stadion tugu tapi syarat Persija pakai warna biru 😁

    ReplyDelete