Mungkin salah bila saya bilang Kawah Ijen adalah wisata alam paling terkenal di Jawa. Karena orang Surabaya pun belum tentu tahu. Yang benar adalah: terkenal bagi wisatawan asing. Kawah Ijen adalah tujuan wajib bagi bule-bule yang berwisata ke Jawa. Bahkan ada bule Perancis yang bilang bahwa Kawah Ijen adalah tempat yang paling bagus se-Jawa. Suatu pendapat yang akhirnya saya setujui setelah pulang dari Ijen.
Berbekal tiket Garuda murah dari Jakarta, saya terbang ke Malang dan langsung dijemput oleh Pak Okky(081233442506) dari travel BSX dengan mobil Avanza. Pak Okky orangnya ramah, sabar, dan berpengetahuan luas. Dan penampilannya lebih seperti seorang manajer berpakaian kasual (dengan kacamata hitam kerennya itu) dibanding driver atau guide.
Tujuan pertama adalah Taman Safari Indonesia 2, yang menurut saya lebih bagus dari yang di Cisarua. Lebih kecil, tapi lebih bagus, mungkin karena baru. Cukup puas juga melihat llama, babirusa, komodo, harimau putih, dan lain lain.
Setelah ber-safari ria, tujuan selanjutnya (yang sebetulnya kurang penting untuk dikunjungi) adalah Batu Night Spectacular. Kita memutuskan kesana karena katanya ada taman lampion yang indah sekali di malam hari. Setelah sampai, ternyata BNS tak lebih dari Genting versi kecil dan murah. Untuk turis lokal Jawa Timur, BNS sangat menarik dan ramai dikunjungi. Namun untuk orang Jakarta (apalagi luar negeri), kurang menarik. Namun harus diakui, taman lampionnya itu cukup keren. Ditambah lagi dengan udaranya yang sejuk. Jika mau lihat, datanglah sekitar jam 5.30 dan langsung menuju taman lampionnya (tidak perlu mencoba wahana lain, khususnya Sinema 4D yang sungguh mengecewakan).
Dari Batu, saya dan teman-teman langsung menuju Cemoro Lawang (kurang lebih 3 jam), yang letaknya di kaki gunung Bromo. Check-in ke hotel Cemara Indah (harus booking jauh-jauh hari, harga peak season 400ribu per malam untuk twin room, bisa untuk 4 orang), dan langsung memesan jeep di pos paguyuban (300ribu, bisa untuk 6 orang). Jam 3 pagi orang hotel mengetuk pintu (wake up call ala Bromo) dan jam 4 kurang saya sudah di jeep menuju Gunung Pananjakan untuk menikmati sunrise dengan latar Gunung Bromo.
Saran saya, berangkatlah sepagi mungkin (kalau bisa jam 3) supaya jalan kaki ke puncaknya tidak terlalu jauh dan tiba lebih dulu dari yang lain. Karena Bromo sangat ramai oleh turis dari seluruh dunia dan banyak rombongan lokal di musim liburan. Jika telat, mungkin kita hanya bisa melihat punggung-punggung bule yang menutupi pemandangan.
Jangan naik ojek ke puncak. Atau kalau memang tidak kuat, bayar maksimum 5 ribu. Pengalaman kurang menyenangkan waktu naik ke puncak Pananjakan adalah karena banyaknya ojek-ojek ini. Jangan lupa makan jagung bakar ketika pulang. Harganya 5ribu dan jagungnya enak sekali.
Dari Pananjakan, jeep mengantar ke padang pasir di kaki Bromo. Ketika sampai di awal pendakian, akan banyak yang menawarkan kuda untuk naik ke atas. Saya pribadi memilih jalan kaki karena agak takut naik kuda dan memang ingin hiking. Jika naik kuda, tarif yang wajar adalah satu arah 10-20ribu. Karena awalnya pasti mereka menyebutkan angka sampai 100ribu.
Pemandangan dari puncak Bromo spektakuler. Sebelah kiri kawah dan sebelah kanan hamparan luas pegunungan dan padang pasir bekas luapan magma. Oh, satu tips lagi. Bromo tidak sedingin itu. Jadi jika ada yang menawarkan sewa jaket seharga 25 ribu di hotel, jangan mau. Tapi memang anginnya cukup menusuk. Jadi harus memakai windbreaker di sekujur tubuh (termasuk kepala dan tangan). Saya membawa sarung tangan dari rumah dan membeli kupluk disana.
No comments:
Post a Comment