Tuesday, November 4, 2008

Bali Komodo Part 2: Diantara Sawah Hijau Ubud

TJam tujuh pagi lewat kami bangun dan bergegas menuju pantai Kuta. Dari kemarin saya sudah merengek minta ditemani main body boarding. Namun ternyata ketiga teman saya tidak ingin berenang.

Ke pantai Kuta tidak berenang? Menurut saya itu sama saja dengan ke restoran tapi tidak makan. Akhirnya, saya seorang diri menyewa sebuah body board, lalu berselancar sendirian sementara yang lain mencari kerang di pasir.


Seorang body boarder

Saya berselancar hanya sekitar satu jam. Namun cukup untuk memuaskan keinginan yang terpendam sejak lama, meskipun pagi itu ombak kurang cukup besar untuk menyeret saya sampai ke tepi pantai.

Selesai berenang, kami menjemput dua teman kami di airport yang memang berangkat belakangan. Oke, sejujurnya saya tidak ikut menjemput karena harus mandi sehabis body boarding. Tapi itu demi menghemat waktu agar nanti cepat sampai di Ubud.

Setelah mereka tiba di Dua Dara, kami berkemas dan langsung mencari tempat untuk sarapan. Awalnya bingung juga mau makan dimana. Tapi lalu kami berpikir untuk cari makan di daerah Seminyak. Pilihan jatuh ke restoran pertama yang kelihatannya enak dan tidak terlalu mahal, yaitu Warung Ocha.

Menunya cukup oke, dari omelet, pancake, sampai ke makanan prasmanan juga ada. Tempatnya pun sangat cozy dengan nuansa alam. Kayu-kayuan dan daun-daunan. Tidak luas, namun malah membuat suasana jadi akrab.


Di depan Warung Ocha

Selesai makan tadinya kami ingin mencari hotel untuk malam kedua di Kuta. Tapi saya pikir, mengapa tidak menginap di Ubud? Akhirnya semua setuju dan kami langsung bergerak menuju Ubud dan mencari hotel disana.

Berdasarkan informasi dari Lonely Planet, penginapan murah banyak terdapat pada Jl. Kajeng. Maka kami pun kesana dan melihat-lihat beberapa penginapan. Kami memilih hotel yang termurah, yang terletak di paling ujung sebelah dalam, yaitu Puri Bebengan. Tarifnya 150ribu per malam untuk tiga orang.

Karena sudah waktunya makan siang, kami pergi ke warung Bu Oka untuk makan babi guling. Mau lihat babi gulingnya seperti apa? Ini dia:


Babi Guling Bu Oka

Nikmat, lezat, dan banyak. Tapi cukup mahal juga (25ribu per porsi), dan tentunya tidak sehat. Untung Bu Oka tidak membuka cabang di Jakarta. Jika tidak mungkin tiap minggu saya kesana. Namun karena waktu makan disini kebetulan saya masih dalam kondisi cukup kenyang, akhirnya saya hanya makan setengah porsi.

Dari Bu Oka, kami berjalan kaki sebentar menyusuri jalanan Ubud, lalu naik mobil menuju Museum Antonio Blanco, sebuah museum lukisan yang mungkin bisa juga disebut Taman Burung.


Bersama burung-burung di Antonio Blanco

Banyak sekali burung-burung berwarna-warni disini. Dari kakaktua sampai.. ups! Ternyata saya hanya tau jenis kakaktua saja. Tiket untuk turis domestik adalah 30ribu, termasuk welcome drink yang sangat menyegarkan.

Ternyata Antonio Blanco adalah pelukis beraliran naturalis (kayaknya). Objek-objek lukisannya banyak yang 'belum jadi' dan tidak jauh-jauh dari wanita tanpa busana. Berbeda sekali dengan anaknya, Mario Blanco (yang masih tinggal disitu), yang kebanyakan melukis buah-buahan (well, setidaknya masih tidak jauh-jauh dari buah). Kami tidak diperbolehkan memotret di dalam museum sehingga foto-foto kami hanya bersama burung-burung di luar ruangan.


Antonio Blanco palsu

Setelah puas melihat lukisan, kami kembali ke hotel untuk melihat sawah-sawah yang ada disekitarnya. Menyenangkan sekali berada di tengah-tengah sawah yang sangat hijau itu, walaupun tidak ada aktivitas lain selain foto-foto.


Diantara sawah

Ketika matahari mulai akan tenggelam, kami menyeburkan diri di kolam renang hotel yang serasa milik pribadi karena kebetulan yang tinggal di hotel itu hanya kita saja. Kolamnya cukup kecil dan tidak terawat, tapi toh kami tidak peduli. Hasrat berenang sore itu sangat tinggi.


Perenang indah Ubud

Malamnya, kami makan malam di restoran Bebek Bengil yang saking mahalnya, kami hanya mampu untuk makan seporsi untuk berdua. Ditambah satu nasi tentunya. Seporsi bebek bengil kira-kira 70ribu belum termasuk minum. Makanannya memang sangat enak dan suasannya pun sangat nyaman, meski ada nyamuk. Namun malam itu restoran cukup sepi dan kamipun tidak berlama-lama disitu.


Di Bebek Bengil. Bukan bete tapi tidak boleh senyum

Sebetulnya, alasannya adalah, handycam saya rusak. Pesan yang muncul di monitornya: Need Head Cleaning. Maka kami pun bergegas mencari toko yang menjual Head Cleaner, namun tidak jadi beli ketika mengetahui harganya 70ribuan. Kami pun mencari alternatif, yaitu cotton bud yang berharga 7ribu. Di mini market itu kami juga memberi roti, air putih, dan bir.


Main kartu sambil nge-bir

Setelah membersihkan kamera (berhasil, namun keesokkan harinya ternyata rusak lagi), kami menghabiskan malam itu di kamar sambil bermain kartu dan minum bir. Cukup menyenangkan. Mendekati tengah malam kami pun mengantuk dan tertidur ditemani suara-suara serangga yang cukup keras terdengar dari dalam kamar.

Besok: petualangan yang sebenarnya.

1 comment:

  1. Hei, thanks for sharing this info. Nemu blog ini pas brwosing tentang Ubud. I enjoy reading your blog. Kocak. Salam kenal, ya ^^

    ReplyDelete